Aceh.co.id Berita dan Info Terbaik 
Perwakilan parlemen dari bangsa Moro Filipina mengunjungi Dewan Perwakilan Rakyat Aceh untuk melihat proses transisi perdamaian.
Di Banda Aceh, Kamis, utusan parlemen Moro Aida Macalimpas Silongan mengatakan, “Kami ingin belajar dari Aceh, dari pengalaman di Aceh, karena kami tahu Aceh dan Moro memiliki pengalaman yang sama.”
Salah satu tujuan studi parlemen Moro adalah regulasi yang berlaku di Tanah Rencong, jadi pertemuan tersebut diadakan di ruang rapat DPR Aceh.
Aida menyatakan bahwa salah satu tujuan studi mereka di Aceh adalah untuk belajar tentang cara memperlakukan mantan kombatan, seperti memberikan uang dan tanah.
Kami ingin menerapkannya di tempat tersebut, karena itu adalah ide yang bagus. Menurutnya, memberikan uang pensiun kepada veteran yang sudah tua.
Aida menyatakan bahwa selama proses transisi perdamaian saat ini terdapat 80 anggota parlemen, dengan 41 di antaranya perwakilan dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan 39 perwakilan dari pemerintah Filipina.
Kami memiliki 80 anggota parlemen saat ini, dengan 41 dari MILF sebagai mayoritas. Aida menyatakan, “Maka, saya pikir kami ingin belajar dari pengalaman mereka (Aceh).”
Sementara itu, Azhar Abdurrahman, Ketua Banleg DPRA, mengatakan bahwa parlemen Moro sedang menyusun UU tentang wilayah teritorial Mindanao, serta beberapa undang-undang lainnya, termasuk beberapa yang telah diselesaikan sebelumnya, seperti undang-undang lokal untuk pemilu.
Bahkan, menurut Azhar, mereka ingin mengetahui bagaimana hak-hak pejuang atau veteran perang diatur.
Dia menyatakan bahwa mereka melakukan studi banding karena mereka ingin melihat pengalaman di Aceh.
Menurut Azhar, cerita mereka menunjukkan bahwa mereka sangat maju dalam transisi mereka, terutama dalam hal memberikan dana kepada veteran perang, yang sekarang menjadi prioritas mereka.
Sebelumnya, kami hanya menggunakan BRA (Badan Reintegrasi Aceh). Azhar Abdurrahman menyatakan bahwa jika mereka benar, pendanaan pejuang veteran perang harus menjadi prioritas.
